Kamis, 28 Mei 2020

Meneladani Nabi Zakaria



      Di saat Nabi Zakaria menyadari bahwa tanda-tanda ketuaannya telah nampak, beliau mengadu kepada Allah SWT, seperti tersebut dalam Al-qur an surat Maryam:4. “Wahai Tuhanku, sebenarnya tulang-tulangku telah rapuh, kepalaku telah dipenuhi uban, namun aku belum pernah merasa kecewa selalu memanjatkan do’a kepada-Mu wahai Tuhanku.”


Kemudian ayat berikutnya: “Dan sungguh aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, istriku seorang yang mandul, maka anugerahi aku seorang anak dari sisi-Mu.” Alasan Nabi Zakaria memohon untuk dikaruniai anak adalah pada ayat berikutnya. “Seorang anak yang akan mewarisi aku dan mewarisi keluarga Ya’kub, dan juga seorang anak yang engkau ridhai.”

Berdasarkan ayat-ayat di atas, Nabi Zakaria yang menyadari bahwa beliau sudah tua dan belum dikaruniai anak oleh Allah, namun beliau tetap selalu berdo’a kepada Allah agar diberi keturunan. Ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik.

Pertama, ketekunan dalam bermunajat/berdo’a kepada Allah adalah merupakan keharusan. Berdo’a, selain sebagai rasa syukur dan penghambaan kita kepada Allah, juga merupakan usaha manusiawi kita sebagi makhluk yang mempunyai banyak kebutuhan dan tidak sanggup memenuhi sendiri tanpa bantuan fihak lain.

Lalu dalam hal ini Allah menjanjikan sesuatu sesuai dengan usaha yang kita lakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, yang sering di ilustrasikan dengan ungkapan: “Engkau akan memperoleh sesuatu sesuai dengan seberapa besar yang engkau usahakan.”

Maka dari itu. ketika anak-anak ingin mendapatkan nilai bagus, sudah barang tentu harus rajin belajar. Karena mendapat nilai bagus yang bukan dari hasil rajin belajar pertanda nilai tersebut kurang bermanfaat. Supaya mendapat penghasilan yang banyak harus bekerja yang banyak (keras). Karena kalau mengikuti konsep di atas penghasilan besar tapi tidak sesuai dengan yang telah diusahakan, pertanda harta/penghasilan yang kurang bermanfaat.

Kedua, memohon/berdo’a kepada Allah yang sesuai dengan kebutuhan. Artinya kalau kita sekarang duduk dikelas VII maka permohonan do’a kita adalah semoga diberi ilmu yang bermanfaat sehingga bisa mengantarkan kita ke kelas VIII. Bukan berdo’a minta untuk difahamkan pelajaran kelas IX. Meskipun yang seperti ini tidak dilarang, tapi  berakibat berprasangka jelek terhadap Allah karena merasa do’anya tidak dikabulkan. Padahal karena tidak sesuai dengan kebutuhan saja.

Nabi Zakaria dalam hal ini memberi contoh kepada kita. Beliau memohon kepada Allah dengan sungguh-sungguh agar diberi keturunan. Karena yang dibutuhkan Nabi Zakaria pada waktu itu adalah pewaris ajarannya dan para Nabi yang lain, serta diberi anak yang diridhai oleh Allah.

Maka pada ayat berikutnya diterangkan sebagai berikut : “Allah berfirman: Wahai Zakaria ! sungguh kami akan memberi kabar bahagia kepadamu dengan seorang anak laki-laki bernama Yahya yang belum pernah memberikan nama sebelumnya sebelum itu.” Allah mengabulkan permintaan nabi Zakaria sesuai yang diminta dan juga sesuai dengan kebutuhannya.

Anak yang lahir dan mendapat ridha Allah, membuat orang tuanya akan lebih mudah untuk mengarahkannya. Maka yang pantas menjadi bahan renungan kita adalah, mengapa banyak anak sekarang sulit untuk diarahkan ke hal-hal positif. Mungkin mereka lahir karena perbuatan manusia, bukan lahir yang mendapat ridha dari Allah. Itulah maka Nabi Zakaria memohon kepada Allah seorang anak yang lahir dan juga diridhai. Untuk itu, marilah kita meneladani Nabi Zakaria.

1 komentar:

  1. Ignition Casinostood out not only for their generous on line casino bonuses, but arguably the most effective rollover requirements going. And when you're looking 카지노 for a crypto on line casino, Ducky Luck has you lined too. It offers deposits and withdrawals by way of Bitcoin, Ethereum, Litecoin, and Bitcoin Cash.

    BalasHapus