Salah
satu program sekolah yang hampir pasti selalu diadakan di Bulan Ramadhan adalah
pesantren kilat. Hal ini berlaku dari SD/MI hingga SMA/MA. Pesantren kilat
biasanya dilaksanakan selama beberapa hari. Tempatnya bisa di sekolah sendiri
atau di luar sekolah seperti di pondok pesantren.
Model
pengelolaannya pun beragam. Ada sekolah yang mengurusi semua hal, baik
akomodasi maupun jadwal dan pemateri. Ada juga sekolah yang “pasrah bongkokan” pada lembaga yang
menawarkan untuk mengelola kegiatan tersebut. Sekolah cukup membayar biaya yang
diperlukan dan semua kegiatan dikelola oleh pihak panitia.
Karena
sudah menjadi program tradisi, maka greget dan makna pesantren kilat bisa jadi
menjadi berkurang. Pesantren Kilat akhirnya sekedar menjadi parade ceramah yang
berlangsung sambung menyambung.
Pesantren
Kilat berubah menjadi penyampaian materi pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
dilaksanakan secara cepat dan padat. Padahal secara efekifitas forum, jauh dari
ideal. Satu pemateri harus mengelola lebih dari seratus peserta, bahkan hingga
berjumlah dua ratus peserta. Di sisi lain, para peserta tentu mengalami
kejenuhan dengan materi yang berjubel masuk ke dalam fikiran dalam waktu yang
sangat singkat.
Dampak
yang terjadi adalah, manfaat dari pelaksanaan pesantren kilat yang tidak
terlalu kelihatan. Kalaulah ada, adalah manfaat dari sisi-sisi lain, di
antaranya: siswa pernah belajar nyantri
dengan menginap di pesantren atau di sekolah, keakraban antar siswa menjadi
lebih kuat dan para siswa memiliki kegiatan refreshing di tengah padatnya
agenda belajar di sekolah.
Adapun
tujuan utama dari pesantren kilat seolah menjadi sesuatu yang sulit untuk
dicapai. Sebenarnya apa latar belakang dan semangat yang ada dalam
penyelenggaraan pesantren kilat tersebut? Dari berbagai pengalaman yang penulis
lihat dan ikuti, sesungguhnya tujuan pesantren kilat bukanlah sekedar
menyampaikan pesan-pesan agama secara kilat.
Pesantren
kilat adalah sebuah momentum yang luar biasa, yang bisa merubah pola pikir dan
sikap hidup seseorang. Disebut momentum yang luar biasa karena beberapa hal,
yaitu: para peserta hanya mengikuti satu kali selama dia belajar di sekolah
tersebut, dilaksanakan pada bulan Ramadhan yang penuh berkah, dan para peserta
dalam kondisi mental yang sangat baik karena sedang menjalankan ibadah puasa.
Penulis
memimpikan banyak siswa setelah mengikuti pesantren kilat mengalami perubahan
mendasar dalam hidupnya. Para siswi yang dulunya belum menutup aurat/berjilbab
secara tertib menjadi terbuka hatinya untuk disiplin memakai jilbab. Para siswa
yang dulunya tidak suka mengaji dan mendalami ilmu agama menjadi tergugah untuk
rajin mendalami ilmu agama.
Dengan
demikian pesantren kilat menjadi sesuatu yang sangat berarti bagi perjalanan
hidup seseorang. Bahkan, akan ada siswa yang mengenang pesantren kilat selama
hidupnya. Hal ini sangat mungkin terjadi ketika pesantren kilat mampu menjadi
pintu hidayah bagi seseorang yang akhirnya merubah jalan hidupnya.
Tentu
saja, untuk mencapai tujuan yang demikian luar biasa diperlukan pengelolaan
pesantren kilat yang luar biasa pula. Kini, menjadi tugas kita sebagai pendidik
untuk mencobanya.
Keterangan: Tulisan ini pernah dimuat di SKH
Kedaulatan Rakyat Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar