Perpisahan adalah sahabat
dekat perjumpaan. Karena pada awalnya kita semua adalah individu yang kemudian
Allah jadikan kita berjumpa dan berkelompok. Maka, ketika perpisahan tiba,
seperti misalnya seorang siswa berpisah dengan gurunya, atau seorang guru yang
berpisah dengan teman guru yang lain karena berpindah tugas, sebuah babak episode
telah usai.
Sebuah episode ketika kita
berjumpa dengan seseorang, kemudian bergaul dalam berbagai keadaan. Bersama
dalam kerja tim, bersama dalam kegiatan dan kebersamaan yang lain. Kebersamaan
dalam waktu yang lama itu pasti menghasilkan banyak memori dan cerita. Suka
duka menjadi garis besarnya.
Maka, ketika perpisahan
tiba, menangis adalah sebuah jawaban jujur untuk mengakui bahwa kebersamaan itu
sangat mengesankan bagi sebuah jiwa. Menangis itu bukan berarti kita tidak
menerima takdir perpisahan. Menangis itu bukan berarti kita tidak menyukai
perpisahan. Sebab, sejatinya perpisahan itu adalah keniscayaan bagi setiap
orang.
Menangis itu adalah bahasa
non verbal tentang pengakuan keberartian seseorang dalam hati seorang manusia.
Menangis itu memang salah satu bentuk kesedihan. Namun, bukan kesedihan layaknya
seorang anak kecil yang tidak diberi uang jajan. Kesedihan dalam perpisahan
adalah kesedihan karena kita kehilangan orang-orang yang pernah mengisi jiwa
kita dengan energi positif.
Tangisan kita dalam
perpisahan dengan seseorang adalah ungkapan kerinduan akan sosok-sosok pribadi
yang menginspirasi kita. Tangisan itu juga berarti doa semoga Allah memudahkan
perjalanan sahabat kita yang akan pergi. Tangisan itu bermakna pula semoga
Allah memberi pengganti yang sama baiknya dengan yang meninggalkan kita atau
bahkan jauh lebih baik.
Oleh karena itu, turutlah
berbahagia bila kita menyaksikan dua orang atau lebih yang berpisah diiringi
tangis. Sebab, itu berarti kita sedang menyaksikan manusia-manusia yang pernah saling
mengisi jiwa dan menguatkan dalam mengemban tugas kehidupan. Tentu saja,
menangis yang sewajarnya, sebagai ungkapan ketulusan hati akan makna
persaudaraan yang mendalam. Selanjutnya, kita bersiap menciptakan episode hidup
yang baru, dengan orang dan keadaan yang baru pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar