Masalah yang terjadi pada remaja sebenarnya tidak hanya klithih. Sebut saja tawuran, rokok, miras, narkoba, bullying, pronografi, dan pergaulan bebas adalah masalah lain pada remaja. Masalah ini akan terus bertambah, baik jenisnya maupun jumlahnya. Oleh karena itu, apabila program yang dibuat hanya fokus pada penyelesaian masalah saja tidak cukup.
Hari
ini kita menemukan sepuluh masalah pada remaja, kemudian kita mencari solusi
terbaik untuk setiap masalah tersebut. Tahap berikutnya adalah pelaksaan dari
setiap solusi yang ditetapkan. Satu tahun kemudian, bisa jadi permasalahan pada
remaja sudah bertambah. Jumlahnya tidak hanya sepuluh, jenisnya pun makin
beragam. Padahal tahap pelaksaan solusi untuk sepuluh masalah awal belum
selesai sepenuhnya, masalah baru sudah muncul lagi.
Apa yang salah? Tidak ada. Mencari solusi untuk setiap masalah itu bagus, hanya saja kurang tepat. Karena manusia akan selalu menghadapi masalah selama hidupnya, maka diperlukan pendekatan yang tepat. Begitu juga dengan remaja. Diperlukan program yang tepat untuk menjadikan remaja menjadi tangguh. Sehingga apapun masalah yang mereka hadapi dalam hidup ini, mereka bisa mencari solusi. Mereka bisa mencari jalan keluar dan tidak bingungan. Inilah ketrampilan hidup yang harus mereka miliki.
Mencegah Adalah Sebaik – Baik Langkah
Saat ini klithih telah terjadi, korban telah berjatuhan. Kemudian, banyak
orang urun rembug untuk menghadirkan solusi. Tindakan seperti ini dinamakan kuratif. Alangkah baiknya jika kita
memiliki program sehingga tidak sampai terjadi klithih apalagi sampai menelan korban. Karena sebaik–baik langkah
adalah pencegahan. Berikut tahapan yang bisa dilakukan oleh setiap pihak yang
berinteraksi dengan remaja.
Pertama, hubungan yang ngemong. Setiap orang tua atau guru sudah seharusnya membangun hubungan yang ngemong dan penuh kasih sayang kepada setiap anak. Meskipun anak memiliki kekurangan fisik maupun mental, harus diperlakukan dengan baik. Sehingga setiap anak merasa nyaman, aman dan dihargai pendapat–pendapatnya.
Kedua, respon cepat terhadap perilaku menyimpang. Setiap kenakalan bahkan kriminalitas, pasti selalu diawali dari perilaku menyimpang. Di sinilah setiap pihak harus peka terhadap perilaku menyimpang. Kemudian memberikan respon cepat dan tepat terhadap perilaku menyimpang tersebut. Harapannya, perilaku menyimpang yang terjadi meskipun sangat kecil segera ditangani. Sehingga tidak berkembang menjadi kenakalan atau bahkan kriminalitas.
Ketiga, menciptakan lingkungan positif yang sangat mendukung. Keluarga, sekolah dan masyarakat harus menciptakan lingkungan ini. Di sinilah kita bisa menanamkan kebiasaan–kebiasaan positif sehingga remaja tumbuh menjadi remaja tangguh. Mereka memiliki tanggung jawab, memiliki cita–cita yang ingin diraih, memiliki sopan santun dan terlibat dalam berbagai kegiatan organisasi positif.
Keempat,
penanganan anak–anak bermasalah. Berapa banyak remaja yang terlibat geng,
tawuran, klithih, narkoba, dan pergaulan bebas? Tidak banyak. Berdasarkan
banyak penelitian, anak nakal dan bermasalah itu kurang lebih sekitar 20%. Dari
angka tersebut, 15%-nya bisa dilakukan penanganan secara kelompok. Program yang
dibuat bisa untuk bersama–sama.
Sedangkan kira-kira hanya 5% - nya berisi anak –anak yang sangat bermasalah dan diperlukan penanganan personal. Programnya harus lebih intens. Di sinilah diperlukan pendekatan oleh guru BK, kerja sama dengan psikolog atau kepolisian misalnya. Hubungan yang dibangun tetap harus ngemong dan penuh kasih sayang, bukan menyalahkan dan menjatuhkan.
Hari
ini, banyak pihak hanya fokus pada langkah yang keempat. Padahal remaja
bermasalah itu angkanya sekitar 20% saja. Sedangkan yang 80% - 90% remaja
berada pada kondisi normal baik–baik saja. Mereka tidak bermasalah bahkan
sebagiannya berprestasi.
Program–program di sekolah seperti sosialisasi geng, anti narkoba atau seks bebas seringkali tidak tepat sasaran. Karena pesertanya adalah seluruh siswa di sekolah. Seharusnya, targetnya adalah anak–anak yang memiliki kecenderungan untuk menyimpang atau bermasalah. Jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 20%.
Mari kita ingat, sekitar 80% remaja tidak bermasalah. Apakah remaja yang tidak tawuran, merokok, miras, narkoba, dan seks bebas otomatis berprestasi? Tidak. Remaja itu hanya tidak bermasalah. Maka, diperlukan program membangun yang positif untuk melahirkan anak–anak berprestasi. Contohnya, "Semangat Meraih Cita-cita, Menjadi Remaja Berprestasi" dan lain-lain. Seharusnya, sebagian besar sumber daya diarahkan ke sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar