Senin, 25 Mei 2020

Manajemen Konflik

      
          Dalam konteks pendidikan, konflik menjadi salah satu kajian menarik dalam ilmu manajemen pendidikan. Kehadiran konflik dalam studi manajemen pendidikan selalu melekat dalam persoalan keseharian yang dialami pengelola lembaga pendidikan. 


        Konflik merupakan salah satu strategi para pemimpin untuk melakukan perubahan. Jika tidak dapat dilakukan secara damai, maka perubahan dapat dilakukan dengan menciptakan konflik. 
         
         Pemimpin menggunakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan konflik untuk menggerakan perubahan. Namun konflik dapat terjadi secara alami karena adanya kondisi objektif yang dapat menimbulkan konflik.

            
       Jika konflik dapat meningkatkan kinerja kelompok walaupun kurang memuaskan, konflik tersebut dinyatakan fungsional. Namun sebaliknya jika konflik tersebut hanya memuaskan individu, tetapi menurunkan kinerja kelompok, konflik tersebut disfungsional.
           
       Dalam melaksankan manajemen konflik, ada beberapa metode yang ditawarkan. Pertama, kompromi atau negosiasi. Ketika masing-masing pihak yang berkonflik berusaha mengalah dalam satu atau lain hal, terjadilah tindakan berbagi, yang mendatangkan kompromi.

    Kedua, kompetisi. Strategi ini dapat diartikan sebagai “win/lose” penyelesaian konflik. Penyelesaian ini menekankan bahwa hanya ada satu orang atau kelompok yang menang tanpa mempertimbangkan yang kalah.

       Ketiga, akomodasi. Ketika salah satu pihak berusaha menyenangkan hati lawannya, pihak tersebut kiranya akan bersedia menempatkan kepentingan lawan diatas kepentingannya sendiri. Dengan kata lain, agar hubungan tetap terpelihara, salah satu pihak bersedia berkurban. 

         Keempat, smootting. Teknik ini merupakan penyelesaian konflik dengan cara mengurangi kompnen emosional dalam konflik. Pada strategi ini, individu yang terlibat dalam konflik berupaya mencari kebersamaan daripada perbedaan dengan penuh kesadaran dan introspeksi diri.

         Kelima, menghindar. Semua yang terlibat dalam konflik, pada strategi ini menyadari tentang masalah yang dihadapi, tetapi memilih untuk menghindar atau tidak menyelesaikan masalah.

        Keenam, kolaborasi. Strategi ini merupakan strategi “win-win solution”. Dalam kolaborasi, kedua unsur yang terlibat menentukan tujuan bersama dan bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan. Karena keduanya meyakini akan tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan, masing-masing meyakininya.
       
    Ketujuh, mempersatukan. Penerapan metode mempersatukan ini dilakukan dengan cara tukar menukar informasi dan ada keinginan untuk saling mengamati perbedaan serta mencari solusi yang dapat diterima oleh semua pihak atau menyatukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar