Dalam konteks pendidikan, konflik menjadi salah satu kajian menarik dalam ilmu manajemen pendidikan. Kehadiran konflik dalam studi manajemen pendidikan selalu melekat dalam persoalan keseharian yang dialami pengelola lembaga pendidikan.
Konflik
merupakan salah satu strategi para pemimpin untuk melakukan perubahan. Jika tidak dapat dilakukan
secara damai, maka perubahan dapat dilakukan dengan menciptakan konflik.
Pemimpin
menggunakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan konflik untuk menggerakan
perubahan. Namun konflik dapat terjadi secara alami karena adanya kondisi
objektif yang dapat menimbulkan konflik.
Jika konflik dapat
meningkatkan kinerja kelompok walaupun kurang memuaskan, konflik tersebut
dinyatakan fungsional. Namun sebaliknya jika konflik tersebut hanya memuaskan
individu, tetapi menurunkan kinerja kelompok, konflik tersebut disfungsional.
Dalam
melaksankan manajemen konflik, ada beberapa metode yang ditawarkan. Pertama, kompromi atau negosiasi. Ketika masing-masing pihak yang
berkonflik berusaha mengalah dalam satu atau lain hal, terjadilah tindakan
berbagi, yang mendatangkan kompromi.
Kedua, kompetisi. Strategi ini dapat diartikan sebagai
“win/lose” penyelesaian konflik. Penyelesaian ini menekankan bahwa hanya ada
satu orang atau kelompok yang menang tanpa mempertimbangkan yang kalah.
Ketiga, akomodasi. Ketika salah satu pihak berusaha
menyenangkan hati lawannya, pihak tersebut kiranya akan bersedia menempatkan
kepentingan lawan diatas kepentingannya sendiri. Dengan kata lain, agar
hubungan tetap terpelihara, salah satu pihak bersedia berkurban.
Keempat, smootting. Teknik ini merupakan penyelesaian
konflik dengan cara mengurangi kompnen emosional dalam konflik. Pada strategi
ini, individu yang terlibat dalam konflik berupaya mencari kebersamaan daripada
perbedaan dengan penuh kesadaran dan introspeksi diri.
Kelima, menghindar. Semua yang terlibat dalam konflik,
pada strategi ini menyadari tentang masalah yang dihadapi, tetapi memilih untuk
menghindar atau tidak menyelesaikan masalah.
Keenam, kolaborasi. Strategi ini merupakan strategi “win-win solution”. Dalam kolaborasi,
kedua unsur yang terlibat menentukan tujuan bersama dan bekerjasama dalam mencapai
suatu tujuan. Karena keduanya meyakini akan tercapainya suatu tujuan yang telah
ditetapkan, masing-masing meyakininya.
Ketujuh, mempersatukan. Penerapan metode mempersatukan ini
dilakukan dengan cara tukar menukar informasi dan ada keinginan untuk saling
mengamati perbedaan serta mencari solusi yang dapat diterima oleh semua pihak
atau menyatukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar