Rabu, 27 Mei 2020

Energi Baru Melalui Syawalan



        Hampir di semua komunitas, mulai dari keluarga, masyarakat, organisasi, sekolah hingga perkantoran, diadakan acara syawalan dalam rangka hari raya Idul Fitri. Setiap kita mungkin bisa mengikuti lebih dari lima acara syawalan dengan peserta dan komunitas yang berbeda.


Agar tidak kehilangan makna dan terjebak dalam rutinitas tahunan, kita mesti menggali lebih dalam makna acara syawalan yang kita ikuti itu. Secara umum syawalan berasal dari kata syawal yang berarti peningkatan. Acara syawalan biasa diisi dengan ramah tamah, kangen-kangenan, ikrar syawalan dan hikmah syawalan. Terkadang ditambah dengan acara hiburan.

Tentu ada banyak manfaat yang bisa kita ambil dari acara syawalan. Di antaranya menyambung tali silaturahmi, menambah dan memperkuat relasi, saling memaafkan sesama peserta syawalan dan menambah ilmu melalui hikmah syawalan. Lalu, setelah itu, apa yang bisa kita tindaklanjuti?

Inilah hal yang jauh lebih penting. Apa makna yang bisa kita bawa pulang seusai mengikuti acara syawalan. Tentu kita tidak bisa melepaskan dari amal ibadah yang telah kita tunaikan selama bulan Ramadhan. Sebab, kita merayakan Idul Fitri melalui syawalan karena kita telah beribadah sebulan penuh di bulan Ramadhan.

Kembali pada makna kata asal syawalan, yaitu peningkatan. Dengan syawalan ini, kita berharap menjadi manusia baru seperti kupu-kupu yang berubah setelah berpuasa saat menjadi kepompong. Manusia baru yang terbang di alam kehidupan dengan energi yang baru, semangat hidup yang baru, gairah baru dan penuh keoptimisan.

Mengapa demikian? Karena melalui ibadah puasa dan shalat tarawih serta bonus malam lailatul qadr, Allah SWT menjanjikan pahala yang berlipat ganda, terutama dihapusnya semua dosa kita serta dijauhkan dari siksa api neraka. Hal inilah yang mestinya kita pastikan untuk kita raih. Sehingga kualitas hidup kita benar-benar meningkat ke arah yang lebih baik.

Melewati Ramadhan sebulan penuh namun tanpa meraih pahala apalagi tidak berhasil meraih ampunan-Nya adalah sebuah kerugian yang besar. Jika demikian, maka makna syawalan yang kita ikuti menjadi berkurang. Apalagi jika kehidupan kita hanya sama saja seperti sebelum Ramadhan bahkan lebih rendah, maka acara syawalan menjadi tidak bermakna lagi.


Keterangan: Tulisan di atas penah dimuat di Harian KR pada tahun 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar