Walaupun belum
diteliti secara valid, tetapi hampir dapat dipastikan bahwa dalam setiap tes di
sekolah selalu ada perilaku siswa yang menyontek dengan berbagai cara.
Fenomena ini
perlu dibahas karena dua alasan, yaitu: (a) perilaku menyontek bertentangan
dengan nilai-nilai fundamental pendidikan; (b) dalam segala bentuknya akan
membawa dampak negatif terhadap siswa, sekolah, keluarga dan masyarakat. Bahkan menurut Yesmil Anwar, Kriminolog
Universitas Padjadjaran mengatakan, pernahkah orang-orang sadari
bahwa kebiasaan menyontek merupakan tanda-tanda kriminal di masa depan.
Perilaku
menyontek disebabkan faktor dari dalam dan di luar seseorang yang
dalam ilmu psikologi, ada yang disebut konsep diri dan harga diri. Konsep diri
merupakan gambaran apa yang orang-orang bayangkan, nilai dan rasakan tentang
dirinya sendiri.
Misalnya, anggapan bahwa, “Saya adalah
orang pintar”. Anggapan itu lalu akan memunculkan komponen afektif yang disebut
harga diri. Namun, anggapan seperti itu bisa runtuh, ketika muncul perasaan
sebagai kelompok, maka harus sepenanggungan dan senasib.
Tekanan dari teman yang tidak suka terhadap
tindakan tidak menyontek dapat mengubah pertahanan moral dan konsep diri
seorang siswa. Bahkan ada rasa takut dijauhi teman dan ada rasa senang membuat
teman senang sehingga akhirnya menutup-nutupi konsep diri dan harga dirinya.
Orang tua pun berperan untuk meniadakan kebiasaan menyontek.
Orang tua berhak menuntut anak nilainya selalu baik. Tetapi, tuntutan orang tua
hendaknya dibarengi dengan dorongan kejujuran.
Perubahan diri anak sangat ditentukan oleh kebiasaan di
rumah. Seandainya rumah menjadi teman yang nyaman, harmonis, tenteram, dan
penuh kejujuran, mungkin budaya ini tidak berlanjut.
Agar tidak terjadi perilaku
menyontek harus kita kondisikan empat faktor tersebut secara proporsional. Pertama, pada siswa bangkitkan rasa percaya, konsep
diri yang proporsional, pola pikir yang realistis dan tidak ambisius. Kedua, pada lingkungan dan kelompok
ciptakan kesadaran disiplin dan kode etik kelompok.
Ketiga, pada sistem evaluasi buatlah
instrumen penilaian yang valid dan reliabel, terapkan pemberian skor yang
obyektif, lakukan pengawasan yang ketat dan mendidik, bentuk soal disesuaikan
dengan perkembangan kematangan siswa dan mempertimbangkan prinsip-prinsip
paedagogi serta andragogi.
Keempat,
pada guru harus bersikap obyektif, terbuka dalam menilai, menunjukkan
keteladanan moral, memberikan umpan balik dalam setiap penugasan, dan
menjauhkan sikap-sikap kurang fair
dalam memberikan nilai.
kejujuran adalah modal awal seseorang untuk mendulang kesuksesan
BalasHapus