Senin, 25 Mei 2020

Kebiasaan Menyontek Ketika Tes

   
       Menyontek adalah fenomena di bidang pendidikan yang sering terjadi dalam kegiatan belajar mengajar atau ketika ujian berlangsung. Permasalahan ini mungkin dianggap masalah kecil, namun sesungguhnya jika kita berfikir secara mendalam perilaku tersebut sangat mendasar. Demikian mendasarnya, konon pelaku menyontek pada ujian penerimaan pegawai zaman kerajaan Cina kuno saja, dapat diganjar hukuman mati.
  

   Walaupun belum diteliti secara valid, tetapi hampir dapat dipastikan bahwa dalam setiap tes di sekolah selalu ada perilaku siswa yang menyontek dengan berbagai cara.

   Fenomena ini perlu dibahas karena dua alasan, yaitu: (a) perilaku menyontek bertentangan dengan nilai-nilai fundamental pendidikan; (b) dalam segala bentuknya akan membawa dampak negatif terhadap siswa, sekolah, keluarga dan masyarakat. Bahkan menurut Yesmil Anwar, Kriminolog Universitas Padjadjaran mengatakan, pernahkah orang-orang sadari bahwa kebiasaan menyontek merupakan tanda-tanda kriminal di masa depan.

     Perilaku menyontek disebabkan faktor dari dalam dan di luar seseorang yang dalam ilmu psikologi, ada yang disebut konsep diri dan harga diri. Konsep diri merupakan gambaran apa yang orang-orang bayangkan, nilai dan rasakan tentang dirinya sendiri.
   
    Misalnya, anggapan bahwa, “Saya adalah orang pintar”. Anggapan itu lalu akan memunculkan komponen afektif yang disebut harga diri. Namun, anggapan seperti itu bisa runtuh, ketika muncul perasaan sebagai kelompok, maka harus sepenanggungan dan senasib.

     Tekanan dari teman yang tidak suka terhadap tindakan tidak menyontek dapat mengubah pertahanan moral dan konsep diri seorang siswa. Bahkan ada rasa takut dijauhi teman dan ada rasa senang membuat teman senang sehingga akhirnya menutup-nutupi konsep diri dan harga dirinya.

Orang tua pun berperan untuk meniadakan kebiasaan menyontek. Orang tua berhak menuntut anak nilainya selalu baik. Tetapi, tuntutan orang tua hendaknya dibarengi dengan dorongan kejujuran.

Perubahan diri anak sangat ditentukan oleh kebiasaan di rumah. Seandainya rumah menjadi teman yang nyaman, harmonis, tenteram, dan penuh kejujuran, mungkin budaya ini tidak berlanjut.
         
       Agar tidak terjadi perilaku menyontek harus kita kondisikan empat faktor tersebut secara proporsional. Pertama,  pada siswa bangkitkan rasa percaya, konsep diri yang proporsional, pola pikir yang realistis dan tidak ambisius. Kedua, pada lingkungan dan kelompok ciptakan kesadaran disiplin dan kode etik kelompok.
          
        Ketiga, pada sistem evaluasi buatlah instrumen penilaian yang valid dan reliabel, terapkan pemberian skor yang obyektif, lakukan pengawasan yang ketat dan mendidik, bentuk soal disesuaikan dengan perkembangan kematangan siswa dan mempertimbangkan prinsip-prinsip paedagogi serta andragogi. 

     Keempat, pada guru harus bersikap obyektif, terbuka dalam menilai, menunjukkan keteladanan moral, memberikan umpan balik dalam setiap penugasan, dan menjauhkan sikap-sikap kurang fair dalam memberikan nilai.     
           

1 komentar:

  1. kejujuran adalah modal awal seseorang untuk mendulang kesuksesan

    BalasHapus