Wayang memiliki filosofi
mulia yaitu kebenaran akan selalu menang melawan kejahatan. Pewayangan
merupakan gambaran kehidupan manusia di mana selalu ada sifat baik dan buruk
yang melekat pada kehidupan.
Dalam rangka mengenalkan
lebih dalam filosofi wayang yang adiluhung ini kepada siswa, pada Kamis, 23
Februari 2017 SDIT Baitussalam 2 Cangkringan berkunjung ke Museum Wayang
Kekayon Yogyakarta.
Di Museum Wayang tersebut para
siswa mendapat wawasan mengenai seluk beluk wayang dari Mbah Mul, pengelola dan
sejarawan Museum Wayang Kekayon. Ada bermacam-macam wayang yaitu wayang kulit
atau wayang purwa, wayang golek, wayang klithik, wayang beber dan wayang orang.
Pada masa Kerajaan Demak,
wayang mulai mendapat pengaruh Islam yang digunakan para sunan untuk media
penyebaran Islam kepada masyarakat karena umumnya masyarakat senang melihat
pagelaran wayang.
Di antara pengaruh Islam
terhadap wayang ialah penggambaran pandhawa yang terdiri dari 5 tokoh sebagai
rukun Islam. Puntadhewa yang memiliki karakter ikhlas lahir batin menggambarkan
rukun Islam yang pertama yaitu syahadat.
Bima yang gagah perkasa
menjadi tiang negara menggambarkan sholat wajib yang menjadi tiang agama. Satu
hal yang unik pada tokoh Bima bahwa ia menggunakan Bahasa Jawa Ngoko (Jawa
kasar) untuk berkomunikasi kepada siapapun menggambarkan bahwa sholat hanya
mengenal satu bahasa yaitu bahasa Arab.
Arjuna merupakan sosok yang
tampan, sabar serta berbudi luhur. Hal ini penggambaran puasa Ramadhan yang
menuntut kebersihan jiwa, sabar dan suka bersedekah. zakat dan haji digambarkan
secara berturut-turut dengan tokoh Nakula dan Sadewa. Dalam pagelaran wayang,
kedua tokoh ini jarang dimainkan dhalang, hal ini menggambarkan zakat dan haji
merupakan rukun yang hanya ditunaikan bagi yang mampu.
Setelah menyimak penjelasan
dari Mbah Mul, semua siswa berkeliling melihat koleksi wayang. Museum yang
didirikan oleh Prof. Dr. dr. KPH Suyono Prawiro Hadikusumo pada tahun 1991
tersebut memiliki koleksi wayang kurang lebih 5.464 buah. Koleksi sebanyak itu
dikumpulkan oleh pendiri selama 35 tahun.
Keterangan:
tulisan ini pernah dimuat di Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta pada tahun 2017.
Keterangan:
tulisan ini pernah dimuat di Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta pada tahun 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar