Senin, 01 Juni 2020

Mari Memelihara Shalat


 

Bukankah kita sering mendengar bahwa pilarnya agama adalah shalat? Barang  siapa menegakkannya, berarti menegakkan agama dan barang siapa meninggalkannya berarti merobohkannya.

Kalau kita perhatikan isi surat Adz Dzariyat ayat 56 dijelaskan bahwa tujuan diciptakannya kita sebagai manusia adalah untuk mengabdi kepada Allah. Salah satu bentuk pengabdian yang sering kita lakukan adalah shalat, khususnya shalat lima waktu.

Shalat merupakan bentuk ibadah yang penting dalam Islam. Karena begitu pentingnya sehingga untuk menerima perintah shalat tersebut Allah memanggil Nabi Muhammad SAW langsung ke hadapan-Nya yang kita kenal dengan Isra Mi’raj.

Ada sebuah hadits yang bersumber dari Abu Hurairoh, Nabi SAW bersabda: Bagaimana pendapatmu jika sekiranya di depan pintu salah seorang di antaramu mengalir sebuah sungai lalu ia mandi padanya setiap hari sebanyak lima kali. Adakah masih melekat padanya kotoran? jawab para sahabat “sama sekali tidak ada sedikitpun kotoran padanya! selanjutnya Nabi bersabda “Begitulah perumpaan shalat yang lima kali itu. Dengannya Allah berkenan menghapus semua dosanya (HR Annasai, Attirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).

Hadits tersebut bermaksud menjelaskan pada kita betapa besar pahala shalat lima waktu bagi pelakunya jika ia ditunaikan menurut persyaratannya lahiriyah dan batinniyah.

Bahwa shalat fardhu tersebut dapat menghapus semua dosa yang pernah dilakukan pelakunya pada masa sebelumnya. Tentu saja dosa  yang dimaksud dosa kecil yakni dosa yang tidak memerlukan taubat, juga bukan dosa yang ada hadnya, seperti menuduh wanita suci berbuat zina dan mencuri

Dengan shalat fardhu tersebut, ibarat badan yang penuh kotoran, kalau setiap hari ia mandi dan membersihkannya, tentu kotoran tersebut akan hilang. Maka menjadi jelas dan bahagia bagi orang yang rajin menunaikan shalat fardhu dengan baik, lebih-lebih bila dikerjakan dengan berjamaah.

Kemudian masalah khusyuk menjadi suatu keharusan mengingat shalat itu adalah hubungan langsung antara seorang hamba dengan Allah lewat satu perangkat ibadah yang sudah teratur teknisnya. Maka untuk mencapainya ada larangan keras kedua bola mata berkeliaran kesana kemari termasuk memandang ke atas, (riwayat Muslim dari Jabir bin Samurah).

Dianjurkan agar kalau mau menguap dalam shalat ditahan sedapat-dapatnya, sebab ia adalah godaan setan, (riwayat muslim dan Attirmidzi dari Abu Hurairah). Juga tidak diperkenankan shalat dengan berkacak pinggang karena ia termasuk perbuatan orang Yahudi. Kalau terasa pada dahi ada kotoran pasir misalnya jangan sekali-kali diusap karena perbuatan tersebut menganggu kekhusyukan shalat. Termasuk pula terlarang ialah menoleh dalam shalat.

Bila berkeinginan untuk makan sedang hidangan telah tersedia maka dianjurkan untuk makan terlebih dahulu, (riwayat muslim dari Aisyah). Demikian pula bila ingin buang air besar atau kencing agar dikerjakan dahulu sebelum shalat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar