Bukankah kita sering mendengar bahwa pilarnya agama adalah shalat? Barang siapa menegakkannya, berarti menegakkan agama dan barang siapa meninggalkannya berarti merobohkannya.
Kalau kita perhatikan isi surat Adz Dzariyat ayat 56 dijelaskan bahwa tujuan diciptakannya kita sebagai manusia adalah untuk mengabdi kepada Allah. Salah satu bentuk pengabdian yang sering kita lakukan adalah shalat, khususnya shalat lima waktu.
Shalat merupakan bentuk ibadah yang penting dalam Islam.
Karena begitu pentingnya sehingga untuk menerima perintah shalat tersebut Allah
memanggil Nabi Muhammad SAW langsung ke hadapan-Nya yang kita kenal dengan Isra Mi’raj.
Ada sebuah hadits yang bersumber dari Abu Hurairoh, Nabi
SAW bersabda: Bagaimana pendapatmu jika
sekiranya di depan pintu salah seorang di antaramu mengalir sebuah sungai lalu
ia mandi padanya setiap hari sebanyak lima kali. Adakah masih melekat padanya
kotoran? jawab para sahabat “sama sekali tidak ada sedikitpun kotoran padanya!
selanjutnya Nabi bersabda “Begitulah perumpaan shalat yang lima kali itu.
Dengannya Allah berkenan menghapus semua dosanya (HR Annasai, Attirmidzi, Ibnu
Majah dan Ahmad).
Hadits tersebut bermaksud menjelaskan pada kita betapa
besar pahala shalat lima waktu bagi pelakunya jika ia ditunaikan menurut
persyaratannya lahiriyah dan batinniyah.
Bahwa shalat fardhu tersebut dapat menghapus semua dosa
yang pernah dilakukan pelakunya pada masa sebelumnya. Tentu saja dosa yang dimaksud dosa kecil yakni dosa yang
tidak memerlukan taubat, juga bukan dosa yang ada hadnya, seperti menuduh
wanita suci berbuat zina dan mencuri
Dengan shalat fardhu tersebut, ibarat badan yang penuh
kotoran, kalau setiap hari ia mandi dan membersihkannya, tentu kotoran tersebut
akan hilang. Maka menjadi jelas dan bahagia bagi orang yang rajin menunaikan
shalat fardhu dengan baik, lebih-lebih bila dikerjakan dengan berjamaah.
Kemudian masalah khusyuk menjadi suatu keharusan
mengingat shalat itu adalah hubungan langsung antara seorang hamba dengan Allah
lewat satu perangkat ibadah yang sudah teratur teknisnya. Maka untuk
mencapainya ada larangan keras kedua bola mata berkeliaran kesana kemari
termasuk memandang ke atas, (riwayat Muslim
dari Jabir bin Samurah).
Dianjurkan agar kalau mau menguap dalam shalat ditahan
sedapat-dapatnya, sebab ia adalah godaan setan, (riwayat muslim dan Attirmidzi dari Abu Hurairah). Juga tidak
diperkenankan shalat dengan berkacak pinggang karena ia termasuk perbuatan
orang Yahudi. Kalau terasa pada dahi ada kotoran pasir misalnya jangan
sekali-kali diusap karena perbuatan tersebut menganggu kekhusyukan shalat. Termasuk
pula terlarang ialah menoleh dalam shalat.
Bila berkeinginan untuk makan sedang hidangan telah
tersedia maka dianjurkan untuk makan terlebih dahulu, (riwayat muslim dari Aisyah). Demikian pula bila ingin buang air
besar atau kencing agar dikerjakan dahulu sebelum shalat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar