Yogyakarta dikenal sebagai
kota budaya dan pelajar yang santun dalam perilaku kehidupan bermasyarakatnya.
Sebagai salah satu kota besar di Indonesia dan daerah Istimewa, Yogyakarta
memiliki heterogenitas tinggi karena banyak orang yang datang untuk menuntut
ilmu dan berwisata.
Dinamika dari pendidikan di
Yogyakarta juga melahirkan pemikiran-pemikiran yang beragam, dinamis dan kadang
bergejolak. Banyaknya cendekiawan yang berlomba terlahir kadang tidak dibarengi
dengan kematangan sosial sehingga terkadang pemikiran dan gagasan yang
dilontarkan secara umum maupun implisit menimbulkan gejolak pada sementara
masyarakat.
Melihat berbagai macam
peristiwa atau kejadian akhir-akhir ini ditengah masyarakat Yogyakarta secara
khusus dan Indonesia pada umumnya menjadi keprihatinan kita semua. Keributan
kelompok mahasiswa dari daerah tertentu dengan kelompok lain atau masyarakat,
pengrusakan atribut agama tertentu dan sikap-sikap kurang menghormati
nilai-nilai budaya lokal membuat gejolak sosial ditengah masyarakat yang sangat
cepat menerima pemberitaan dari media sosial. Pemberitaan-pemberitaan yang
selama ini terjadi terkadang kurang dapat dipertanggung jawabkan sehingga terkadang menimbulkan salah persepsi
dan masalah baru.
Fenomena perbedaan ditengah masyarakat menjadi
sebuah permasalahan merupakan hal yang lazim dalam kehidupan. Banyak orang
secara umum menyukai persamaan dibandingkan perbedaan. Heterogenitas dan
fanatisme berlebihan buah belajar instan media sosial dan lingkungan pergaulan
membuat sementara otang tidak nyaman, sehingga melakukan hal-hal kurang baik
dan memecah belah kehidupan sosial.
Kita yang hidup dalam
naungan Bhineka Tunggal Ika seharusnya bisa belajar banyak dan memahami serta
menikmati perbedaan yang ada sebagai suatu keindahan yang membuat hidup lebih
berwarna dan dinamis.
Dinamika dan masalah
intoleran di Yogyakarta merupakan persoalan yang kita anggap baru. Hal tersebut
dapat kita lihat pada sejarah dan perjalanan kehidupan masyarakat Yogyakarta.
Kekuatan masyarakat Yogyakarta akan filosofi budaya, adat, nilai kesantunan dan
toleransi sudah terjalin sejak lama, bahkan semenjak berabad yang lalu.
Jejak toleransi dan budaya
yang tinggi dapat kita lihat pada peninggalan-peninggalan keagamaan maupun
budaya di Yogyakarta dan sekitarnya yang selama ini masih terjaga. Cerminan
masa lalu itu seharusnya membuat kita semakin sadar bahwa dinamika harmonisasi
di Yogyakarta bisa menjadi pemacu semangat untuk membangun Yogyakarta Istimewa
yang santun dan bijak pada semua dinamika perkembangan sosial masyarakat.
Angka harapan hidup dan
tinggi dan kota nyaman untuk ditinggali menurut survey bisa kita jadikan
pijakan untuk membangun masyarakat Yogyakarta lebih baik lagi ditengah berbagai
masalah dan kesenjangan ekonomi yang masih tinggi.
Kita semua sangat berharap
sikap intoleransi yang pernah terjadi bisa dijadikan sebuah pelajaran dan
pengingat untuk mendidik masyarakat dalam ber peri kehidupan sosial dan melek
pada kesadaran baca tulis berita yang benar bisa dipertanggung jawabkan.
Pendidikan toleransi yang
secara formal telah diberikan dilingkungan sekolah maupun madrasah, semestinya
bisa dimaknai dan dipraktekan dalam kehidupan nyata keseharian tidak hanya
teori dan jargon. Hal tersebut semestinya sejalan dengan dinamika masyarakat
yang begitu mudah mendapatkan pendidikan informal baik dari lingkungan keluarga
maupun media sosial untuk selalu mendengungkan toleransi, kekeluargaan, dan
musyawarah dengan sikap keluarga yang terbuka, religius dan antisipatif.
Sikap-sikap nyata yang bisa dilakukan masyarakat secara umum untuk
mencegah intoleransi maupun radikalisme bisa dilakukan dengan kembali pada akar
budaya kita yaitu gotong-royong dan musyawarah. Akar budaya tersebut akan
membawa kita kembali pada masyarakat yang santun dalam kebersamaan dan sosial yang
nyata.
Gerakan yang lain yang bisa
kita lakukan adalah dengan budaya kontrol media sosial yang rentan
intoleranisme dan radikalisme dengan bijak. Hal tersebut harus segera dilakukan
agar kita tidak mudah terhasut berita kurang benar karena sebagai media masal yang digunakan
sebagian besar masyarakat masih minim kontrol dari penanggung jawab publik
yaitu pemerintah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar