Pondok Pesantren Mambaul Bata-Bata adalah salah satu diantara pondok tertua di Madura yang hingga saat ini tetap berdiri kokoh dalam memberikan wawasan pengetahuan agama bagi para santri-santrinya. Dari Pondok Pesantren tersebut telah terlahir berbagai macam sosok-sosok Kiai hebat, salah satu diantaranya ialah sosok Rkh Moh Tohir Zain yang merupakan seorang cicit dari Ulama’ terkemuka di Madura, yakni Muhammad Kholil bin Abdul Lathif atau yang biasa dikenal dengan nama Syaikhona Kholil Bangkalan. Ibu beliau sebagai cucu dari sosok tokoh ulama Madura tersebut yang mempunyai garis keturunan dengan Sunan Gunung Jati.
Beliau adalah seorang putra keempat dari
sepasang suami istri Rkh Abdul Hamid dan Nyai Hj Muthi’ah yang notabene selaku
pengasuh di Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-bata. Ia lahir pada tanggal 4 Desember
tahun 1971 dan wafat pada tanggal 3 Juli 2021 di usia 39 tahun. Adapun riwayat
pendidikan RKH Moh Tohir Zain ini sedari kecil mengenyam pendidikan formal MI
dan MTs di Pondok Mambaul Bata-bata. Setelah itu beliau berlanjut mengenyam
pendidikan di Pondok Pesantren langitan, hingga pada akhirnya beliau menyelesaikan
pendidikan formal di Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang.
Beliau dikenal sebagai sosok Lora gaul oleh beberapa santri Mambaul Ulum
Bata-bata. Sebagaimana ketika kebanyakan putra-putri kiai tampil layaknya
seorang Alim Ulama’, sosok ini di kala usia muda justru tampil nyentrik di
setiap harinya dengan sebuah sepeda motor Ninja yang kian menambah penampilan
gaulnya. Salah satu gurunya di Pondok Pesantren Langitan, yakni K. Abdul Mughni,
menuturkan bahwa beliau kerap kali ketika pergi ke sana tampil dengan balutan
celana ketat, kaos, dan sepatu anak gaul. Namun dibalik hal tersebut K. Mughni
dapat memahami maksud RKH Moh Tohir Zain itu yang tidak ingin menampakkan sosok
aslinya sebagai seorang Kiai dan juga dirinya merasa bukan kiai di hadapan sang
Guru.
Sosok kiai muda ini ternyata suka terhadap Sepak Bola dan terkadang mengajak
para santri-santrinya untuk ikut bermain sepak bola dengannya. Bahkan beliau
mengadakan nonton bareng khusus para santri untuk di pertandingan final piala
dunia 2018. Semua gambaran itu membuat beliau dikenal dengan sebutan Lora Gaul
yang sangat berbeda dari putra-putra RKH. Abdul Hamid AMZ yang lain. Kemudian diantara
saudara-saudara yang lain, beliaulah sorang putra yang sangat dekat dengan sang
Abah. Hal ini berdasarkan cerita beliau yang pada suatu hari sang Abah Rkh
Abdul Hamid AMZ tengah tertidur pulas, lalu ia diperintahkan untuk menjaga sang
Abah yang tengah tertidur pulas tersebut untuk menghindari gangguan nyamuk. Tak
hayal waktu beliau sering kali dihabiskan untuk menemani sang Abah tersebut, hingga
pada akhirnya beliau diberikan kepercayaan oleh sang Abah untuk memimpin Pondok
Pesantren Mambaul Ulum Bata-bata, di tahun 2010 semenjak beliau Rkh Abdul Hamid
mengalami sakit parah yang begitu menyita waktunya sebagai pengasuh.
Lora Tohir begitulah panggilan akrab yang telah melekat pada dirinya. Kisah
hidup sosok kiai muda yang penuh inspiratif dan inovatif ini telah banyak
menginspirasi para santri-santrinya oleh berbagai pemikiran-pemikiran visioner
dan kisah hidup beliau. Pernah suatu ketika ia bercerita tentang kisah hidupnya
di saat mondok di Langitan yang hanya makan dengan sekedar Mie Instan, serta
beliau sering kali dicemooh oleh beberapa santri disana akan penampilan dirinya
yang hitam, jelek, dan kumuh. Kehidupan seperti itu ia lalui dengan sabar dan
tabah selama beberapa tahun di Pondok Langitan.
Di samping berbagai hal yang
melekat pada dirinya tak membuat seorang Rkh Moh Tohir Zain berkelana dengan status
yang disandangnya sebagi putra dari seorang Kiai besar. Beliau sungguh
merupakan sosok Ulama’ yang sederhana
yang sangat peduli terhadap pendidikan. Ia selalu menyampaikan di tiap-tiap
acara yang ada bahwasanya subtansi dari seorang manusia tidak terletak pada
penampilan, akan tetapi subtansi kehidupan itu tersendiri terletak pada
pengetahuan yang mereka miliki. Selaras dengan perkataannya tersebut ia juga pernah
mennyampaikan bahwa skill number one, school number two, style number three,
yang memiliki arti keterampilan nomor satu, sekolah nomor dua, gaya nomor tiga.
Sedari kecil beliau memang sudah
kental akan pendidikan. Ia pernah juga menuturkan beberapa alur kehidupannya
waktu masih kecil. Suatu hari beliau
tengah berjalan di samping musholla rumahnya, lalu dirinya menemukan beberapa
lembaran kertas-kertas kitab dan buku yang tergeletak di tanah dan dipungutlah
oleh beliau. Kejadian itu diketahui oleh sang Abah, Rkh Abdul Hamid AMZ, dengan
spontan sang Abah menyampaikan kepada beliau bahwasanya orang-orang yang
demikian nantinya yang akan dimuliakan oleh Allah SWT.
Berbagai perbedaan kian tampak
darinya di antara beberapa putra-putri RKH Abdul Hamid AMZ yang lain. Saat
dirinya diberikan amanah yang luar biasa berat baginya untuk menggantikan sang
Abah dalam memimpin pondok, beliau baru saja boyong dari pondok. Sosok RKH. Moh
Tohir Zain dinilai tepat oleh RKH. Abdul Hamid memimpin Pondok Pesantren
Mambaul Ulum Bata-Bata sementara waktu. Hal ini diberikan kepada beliau supaya dapat
meneruskan panji-panji perjuangan sang Abah RKH. Abdul Hamid AMZ dalam
menyiarkan syi’ar-syi’ar Islam.
Pada waktu itu beliau baru
saja boyong dari Pondok Pesantren Langitan yang mana beliau masih berusia
sangat muda. Tak dapat dipungkiri jiwa-jiwa semangat yang masih ada di tubuh
beliau tergambar jelas di kala sebuah target besar ia kemukakan untuk dapat membentuk
santri-santri yang bisa membaca kitab kuning dalam kurun waktu 4 bulan. Hal itu
tentunya merupakan hal baru yang diangkat oleh beliau yang disebabkan oleh rasa
prihatinnya tatkala menemukan sosok seorang santri yang sudah sejak lama mondok
akan tetapi belum bisa membaca kitab kuning.
Dan benar saja, semenjak itu
rasa peduli beliau terhadap pendidikan di Pondok Pesantren Mambaul Ulum
Bata-bata kian tergambar jelas dengan beberapa terobosan-terobosan baru yang ia
kemukakan di Pondok Pesantren tersebut. Di antaranya adalah tercipta wahana keilmuan
yang sebelumnya redup ia kembangkan dan berbagai gebrakan baru yang sebelumnya memang
belum ada. Tanggung jawab yang diemban membuat hati beliau tergerakkan untuk
lebih memaksimalkan potensi-potensi yang ada, Pada akhirnya ia bertindak sebagai
pencetus terciptanya lembaga kursus yang dikenal dengan istilah Badan Otonom.
Tepat pada tahun 2005
Majelis musyawarah kutubiyah terbentuk walaupun sebelumnya sudah terbentuk pada
tahun 1999 yang kemudian melumpuh di tahun 2004. Semenjak kehadiran sosok Rkh
Moh Tohir Zain tersebut Badan Otonom yang cukup familiar dengan sebutan M2KD
itu seketika menyulap beberapa santri menjadi sosok yang lihai dalam membaca
kitab, hingga beberapa kali para anggota di sana diikutsertakan dalam forum
Bahtsul Masa’il. Hal tersebut merupakan bagian dari jiwa yang sesungguhnya
menurut beliau, dan menjadi wadah bagi para masyarakat saat ini untuk dapat
mengetahui hukum-hukum syari’ah melalui problematika-problematika yang ada.
Inovasi-inovasi beliau tak
berhenti disitu saja, sebagaimana juga tepat di Tahun 2016 Rkh Moh Tohir Zain
kembali memberikan suatu hal yang tak pernah ada sebelumnya. Beliau kembali
lagi menawarkan wadah bagi santri untuk belajar berbagai bahasa asing. Di antaranya
adalah bahasa Mandarin, Jepang, Spanyol, Jerman, Prancis, Korea. Walaupun sebelumnya
terdapat dua bahasa asing yakni, bahasa Arab dan Inggris, namun beliau sadar
akan kemajuan peradaban zaman ke depan yang menuntut para manusia untuk lebih
berkompeten dalam segala bidang. Hal ini membuatnya berinisiatif menciptakan perubahan-perubahan
tersebut.
Semua langkah itu ia lakukan
dengan cara terlebih dahulu memilih beberapa santri untuk diutus ke luar daerah
menjalani kursus selama beberapa bulan di lembaga yang memang sesuai dengan
minat mereka, dan dengan besar harapan beliau menginginkan pada mereka nantinya
dapat pula mendirikan sebuah lembaga kursus atau badan otonom di Pondok
Pesantren Mambaul Ulum Bata-bata yang sebelumnya sudah mereka pelajari.
Kini harapan tersebut telah
berhasil beliau wujudkan seiring dengan terciptanya terobosan baru darinya
dalam dunia pendidikan dengan menyelenggarakan Pekan Ngaji sebagai ajang pentas
santri dalam menampilkan bakat-bakat terpendam mereka. Kegiatannya berupa seminar
dan bazar buku untuk menumbuhkan literasi santri pada umumnya. Ada banyak
seminar yang dikemas dalam bentuk istilah Ngaji, mulai dari ngaji ekonomi, sosial,
pendidikan, kepemimpinan, hingga ngaji hukum. Pada akhirnya dikemas dengan
berbagai penampilan-penampilan dari berbagai Badan Otonom. Semua program
istimewa tersebut beliau harapkan dapat memberikan perubahan yang sangat
berarti bagi para santri. Muncullah harapan darinya nanti tatkala santri sudah
boyong bisa menjadi sosok manusia yang berguna bagi agama dan bangsa.
Di dalam berbagai kesempatan
beliau selalu mendengungkan akan betapa pentingnya pendidikan bagi seorang manusia.
Menurutnya kemiskinan bukan alasan untuk tidak berpendidikan. Hal itu terbukti
di kala beliau telah berhasil memberangkatkan santri-santrinya ke berbagai
penjuru dunia untuk kuliah, di antaranya Malaysia, Arab, Taiwan, hingga yang
terbaru ke Turki. Semua itu ia lakukan semata-mata untuk meningkatkan taraf
kehidupan di Madura, sesuai dengan pesannya kepada para santri tatkala sebelum
diberangkatkan kuliah, sebagai berikut, “Pergilah sejauh mungkin, kembalilah ke
kandangnya, bangun Madura ini! Bangun Indonesia!tolongi! tolong Bata-Bata!” Sontak
perkataan beliau tersebut mengindikasikan kepada para santrinya untuk
senantiasa cinta dan membangun terhadap tanah airnya.
Kepedulian beliau tak hanya
dalam segi dunia pendidikan, akan tetapi beliau juga turut prihatin akan nilai-nilai
moral dalam aspek akhlaq terlebih terhadap merosotnya akhlaq santri di era
moden kali ini. Hal tersebut tentunya tak dapat dipungkiri dengan seiring
berkembangnya zaman, membuat para santri ikut tergerus arus globalisasi yang kembali
kian memincut rasa prihatin beliau terhadap moral-moral santri kedepannya. Rkh
Moh Tohir selalu berpesan kepada santri-santrinya bahwasanya tata krama itu
penting, dan saat ini akhlak tidak begitu terpatri dalam kehidupan seseorang.
Contohnya adalah seorang dewasa menyayangi yang lebih muda, dan yang lebih muda
meghormati yang lebih tua.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus