Sabtu, 01 Januari 2022

Mutiara Hati Sang Guru

Pondok Pesantren Mambaul Bata-Bata adalah salah satu diantara pondok tertua di Madura yang hingga saat ini tetap berdiri kokoh dalam memberikan wawasan pengetahuan agama bagi para santri-santrinya. Dari Pondok Pesantren tersebut telah terlahir berbagai macam sosok-sosok Kiai hebat, salah satu diantaranya ialah sosok Rkh Moh Tohir Zain yang merupakan seorang cicit dari Ulama’ terkemuka di Madura, yakni Muhammad Kholil bin Abdul Lathif atau yang biasa dikenal dengan nama Syaikhona Kholil Bangkalan. Ibu beliau sebagai cucu dari sosok tokoh ulama Madura tersebut yang mempunyai garis keturunan dengan Sunan Gunung Jati.

Beliau adalah seorang putra keempat dari sepasang suami istri Rkh Abdul Hamid dan Nyai Hj Muthi’ah yang notabene selaku pengasuh di Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-bata. Ia lahir pada tanggal 4 Desember tahun 1971 dan wafat pada tanggal 3 Juli 2021 di usia 39 tahun. Adapun riwayat pendidikan RKH Moh Tohir Zain ini sedari kecil mengenyam pendidikan formal MI dan MTs di Pondok Mambaul Bata-bata. Setelah itu beliau berlanjut mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren langitan, hingga pada akhirnya beliau menyelesaikan pendidikan formal di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Beliau dikenal sebagai sosok Lora gaul oleh beberapa santri Mambaul Ulum Bata-bata. Sebagaimana ketika kebanyakan putra-putri kiai tampil layaknya seorang Alim Ulama’, sosok ini di kala usia muda justru tampil nyentrik di setiap harinya dengan sebuah sepeda motor Ninja yang kian menambah penampilan gaulnya. Salah satu gurunya di Pondok Pesantren Langitan, yakni K. Abdul Mughni, menuturkan bahwa beliau kerap kali ketika pergi ke sana tampil dengan balutan celana ketat, kaos, dan sepatu anak gaul. Namun dibalik hal tersebut K. Mughni dapat memahami maksud RKH Moh Tohir Zain itu yang tidak ingin menampakkan sosok aslinya sebagai seorang Kiai dan juga dirinya merasa bukan kiai di hadapan sang Guru.

Sosok kiai muda ini ternyata suka terhadap Sepak Bola dan terkadang mengajak para santri-santrinya untuk ikut bermain sepak bola dengannya. Bahkan beliau mengadakan nonton bareng khusus para santri untuk di pertandingan final piala dunia 2018. Semua gambaran itu membuat beliau dikenal dengan sebutan Lora Gaul yang sangat berbeda dari putra-putra RKH. Abdul Hamid AMZ yang lain. Kemudian diantara saudara-saudara yang lain, beliaulah sorang putra yang sangat dekat dengan sang Abah. Hal ini berdasarkan cerita beliau yang pada suatu hari sang Abah Rkh Abdul Hamid AMZ tengah tertidur pulas, lalu ia diperintahkan untuk menjaga sang Abah yang tengah tertidur pulas tersebut untuk menghindari gangguan nyamuk. Tak hayal waktu beliau sering kali dihabiskan untuk menemani sang Abah tersebut, hingga pada akhirnya beliau diberikan kepercayaan oleh sang Abah untuk memimpin Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-bata, di tahun 2010 semenjak beliau Rkh Abdul Hamid mengalami sakit parah yang begitu menyita waktunya sebagai pengasuh.

Lora Tohir begitulah panggilan akrab yang telah melekat pada dirinya. Kisah hidup sosok kiai muda yang penuh inspiratif dan inovatif ini telah banyak menginspirasi para santri-santrinya oleh berbagai pemikiran-pemikiran visioner dan kisah hidup beliau. Pernah suatu ketika ia bercerita tentang kisah hidupnya di saat mondok di Langitan yang hanya makan dengan sekedar Mie Instan, serta beliau sering kali dicemooh oleh beberapa santri disana akan penampilan dirinya yang hitam, jelek, dan kumuh. Kehidupan seperti itu ia lalui dengan sabar dan tabah selama beberapa tahun di Pondok Langitan.

Di samping berbagai hal yang melekat pada dirinya tak membuat seorang Rkh Moh Tohir Zain berkelana dengan status yang disandangnya sebagi putra dari seorang Kiai besar. Beliau sungguh merupakan sosok Ulama’ yang  sederhana yang sangat peduli terhadap pendidikan. Ia selalu menyampaikan di tiap-tiap acara yang ada bahwasanya subtansi dari seorang manusia tidak terletak pada penampilan, akan tetapi subtansi kehidupan itu tersendiri terletak pada pengetahuan yang mereka miliki. Selaras dengan perkataannya tersebut ia juga pernah mennyampaikan bahwa skill number one, school number two, style number three, yang memiliki arti keterampilan nomor satu, sekolah nomor dua, gaya nomor tiga.

Sedari kecil beliau memang sudah kental akan pendidikan. Ia pernah juga menuturkan beberapa alur kehidupannya waktu masih kecil.  Suatu hari beliau tengah berjalan di samping musholla rumahnya, lalu dirinya menemukan beberapa lembaran kertas-kertas kitab dan buku yang tergeletak di tanah dan dipungutlah oleh beliau. Kejadian itu diketahui oleh sang Abah, Rkh Abdul Hamid AMZ, dengan spontan sang Abah menyampaikan kepada beliau bahwasanya orang-orang yang demikian nantinya yang akan dimuliakan oleh Allah SWT.

Berbagai perbedaan kian tampak darinya di antara beberapa putra-putri RKH Abdul Hamid AMZ yang lain. Saat dirinya diberikan amanah yang luar biasa berat baginya untuk menggantikan sang Abah dalam memimpin pondok, beliau baru saja boyong dari pondok. Sosok RKH. Moh Tohir Zain dinilai tepat oleh RKH. Abdul Hamid memimpin Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata sementara waktu. Hal ini diberikan kepada beliau supaya dapat meneruskan panji-panji perjuangan sang Abah RKH. Abdul Hamid AMZ dalam menyiarkan syi’ar-syi’ar Islam.

Pada waktu itu beliau baru saja boyong dari Pondok Pesantren Langitan yang mana beliau masih berusia sangat muda. Tak dapat dipungkiri jiwa-jiwa semangat yang masih ada di tubuh beliau tergambar jelas di kala sebuah target besar ia kemukakan untuk dapat membentuk santri-santri yang bisa membaca kitab kuning dalam kurun waktu 4 bulan. Hal itu tentunya merupakan hal baru yang diangkat oleh beliau yang disebabkan oleh rasa prihatinnya tatkala menemukan sosok seorang santri yang sudah sejak lama mondok akan tetapi belum bisa membaca kitab kuning.

Dan benar saja, semenjak itu rasa peduli beliau terhadap pendidikan di Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-bata kian tergambar jelas dengan beberapa terobosan-terobosan baru yang ia kemukakan di Pondok Pesantren tersebut. Di antaranya adalah tercipta wahana keilmuan yang sebelumnya redup ia kembangkan dan berbagai gebrakan baru yang sebelumnya memang belum ada. Tanggung jawab yang diemban membuat hati beliau tergerakkan untuk lebih memaksimalkan potensi-potensi yang ada, Pada akhirnya ia bertindak sebagai pencetus terciptanya lembaga kursus yang dikenal dengan istilah Badan Otonom.

Tepat pada tahun 2005 Majelis musyawarah kutubiyah terbentuk walaupun sebelumnya sudah terbentuk pada tahun 1999 yang kemudian melumpuh di tahun 2004. Semenjak kehadiran sosok Rkh Moh Tohir Zain tersebut Badan Otonom yang cukup familiar dengan sebutan M2KD itu seketika menyulap beberapa santri menjadi sosok yang lihai dalam membaca kitab, hingga beberapa kali para anggota di sana diikutsertakan dalam forum Bahtsul Masa’il. Hal tersebut merupakan bagian dari jiwa yang sesungguhnya menurut beliau, dan menjadi wadah bagi para masyarakat saat ini untuk dapat mengetahui hukum-hukum syari’ah melalui problematika-problematika yang ada.

Inovasi-inovasi beliau tak berhenti disitu saja, sebagaimana juga tepat di Tahun 2016 Rkh Moh Tohir Zain kembali memberikan suatu hal yang tak pernah ada sebelumnya. Beliau kembali lagi menawarkan wadah bagi santri untuk belajar berbagai bahasa asing. Di antaranya adalah bahasa Mandarin, Jepang, Spanyol, Jerman, Prancis, Korea. Walaupun sebelumnya terdapat dua bahasa asing yakni, bahasa Arab dan Inggris, namun beliau sadar akan kemajuan peradaban zaman ke depan yang menuntut para manusia untuk lebih berkompeten dalam segala bidang. Hal ini membuatnya berinisiatif menciptakan perubahan-perubahan tersebut.

Semua langkah itu ia lakukan dengan cara terlebih dahulu memilih beberapa santri untuk diutus ke luar daerah menjalani kursus selama beberapa bulan di lembaga yang memang sesuai dengan minat mereka, dan dengan besar harapan beliau menginginkan pada mereka nantinya dapat pula mendirikan sebuah lembaga kursus atau badan otonom di Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-bata yang sebelumnya sudah mereka pelajari.

Kini harapan tersebut telah berhasil beliau wujudkan seiring dengan terciptanya terobosan baru darinya dalam dunia pendidikan dengan menyelenggarakan Pekan Ngaji sebagai ajang pentas santri dalam menampilkan bakat-bakat terpendam mereka. Kegiatannya berupa seminar dan bazar buku untuk menumbuhkan literasi santri pada umumnya. Ada banyak seminar yang dikemas dalam bentuk istilah Ngaji, mulai dari ngaji ekonomi, sosial, pendidikan, kepemimpinan, hingga ngaji hukum. Pada akhirnya dikemas dengan berbagai penampilan-penampilan dari berbagai Badan Otonom. Semua program istimewa tersebut beliau harapkan dapat memberikan perubahan yang sangat berarti bagi para santri. Muncullah harapan darinya nanti tatkala santri sudah boyong bisa menjadi sosok manusia yang berguna bagi agama dan bangsa.

Di dalam berbagai kesempatan beliau selalu mendengungkan akan betapa pentingnya pendidikan bagi seorang manusia. Menurutnya kemiskinan bukan alasan untuk tidak berpendidikan. Hal itu terbukti di kala beliau telah berhasil memberangkatkan santri-santrinya ke berbagai penjuru dunia untuk kuliah, di antaranya Malaysia, Arab, Taiwan, hingga yang terbaru ke Turki. Semua itu ia lakukan semata-mata untuk meningkatkan taraf kehidupan di Madura, sesuai dengan pesannya  kepada para santri tatkala sebelum diberangkatkan kuliah, sebagai berikut, “Pergilah sejauh mungkin, kembalilah ke kandangnya, bangun Madura ini! Bangun Indonesia!tolongi! tolong Bata-Bata!” Sontak perkataan beliau tersebut mengindikasikan kepada para santrinya untuk senantiasa cinta dan membangun terhadap tanah airnya.

Kepedulian beliau tak hanya dalam segi dunia pendidikan, akan tetapi beliau juga turut prihatin akan nilai-nilai moral dalam aspek akhlaq terlebih terhadap merosotnya akhlaq santri di era moden kali ini. Hal tersebut tentunya tak dapat dipungkiri dengan seiring berkembangnya zaman, membuat para santri ikut tergerus arus globalisasi yang kembali kian memincut rasa prihatin beliau terhadap moral-moral santri kedepannya. Rkh Moh Tohir selalu berpesan kepada santri-santrinya bahwasanya tata krama itu penting, dan saat ini akhlak tidak begitu terpatri dalam kehidupan seseorang. Contohnya adalah seorang dewasa menyayangi yang lebih muda, dan yang lebih muda meghormati yang lebih tua.

1 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus